Benalu Kopi adalah anugerah Tuhan untuk kesehatan manusia. Tumbuhan BENALU sudah digunakan untuk kesehatan sejak ribuan tahun lalu. Saya hanya melakukan pengembangan sehingga mutu dan keaslian Benalu Kopi Sidikalang "BekopS" tetap terjamin untuk kesehatan. BekopS yang kami sediakan adalah layanan bersifat sosial, "TIDAK SEMATA-MATA BISNIS!" Inilah yg membedakan kami dengan pebisnis lain. Mutu BekopS yg anda terima bermutu sama dengan yg biasa saya konsumsi.

Sabtu, 09 Agustus 2008

Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati

Slogan ini mungkin sudah dilupakan tetapi ini benar. 
Setiap hari kita memakan banyak zat-zat dalam makanan yang tidak dibutuhkan, tak bisa dicerna atau tak diserap tubuh. Zat tsb jika tidak bisa dibuang maka akan memicu/menimbulkan reaksi sel berlebihan dalam tubuh manusia. Atau jika tidak terserap ke dalam tubuh maka selama proses pembuangan dalam pencernaan bawah akan menimbulkan reaksi berlebihan juga pada sel-sel usus besar hingga pengeluaran melalui anus. 
Reaksi sel berlebihan ini akan memicu bertumbuhnya sel-sel kanker dalam tubuh manusia.
Zat-zat dalam benalu kopi sejak beberapa abad lalu telah dipergunakan ahli pengobatan tradisional di Jerman (Wikipedia Indonesia). Prinsip bahan obat menurut pengobatan tradisional Tiongkok adalah bahan alam yang tumbuh di tempat aneh, tidak biasa, dan tempat tumbuh yang sulit untuk tumbuhan lain.
Benalu kopi yang kami produksi diproses seperti pengolahan teh hijau karena tidak terkena cahaya matahari. Pengeringan kami lakukan terkontrol dengan kisaran suhu yang tidak merusak kandungannya. Setiap benalu kopi yang kami kirim telah melewati pengawasan mutu yang ketat, dan sebagian diantaranya kami konsumsi langsung. 
Sampai sekarang saya dan keluarga tetap mengonsumsi rutin benalu kopi. Benalu kopi yang kami konsumsi tsb adalah sama dengan benalu kopi yang kami kirim kepada konsumen.
Sebagai bahan referensi silahkan dibaca info berikut ini dari Suara Karya Online Sabtu, 16 Juni 2007

CEGAH KANKER: Nutrasetikal, Sudah Saatnya Dilirik agar Tetap Sehat

Hippocrates, seorang yang dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran modern, sudah ratusan tahun menganjurkan pelaksanaan kata-kata let food be your medicine. Intinya, jadikanlah makanan yang dikonsumsi sebagai penawar atau obat bagi tubuh kita sendiri.
Memang susah karena makanan yang masuk kategori let food be your medicine seringkali kalah lezat dibandingkan dengan tawaran aneka ragam menu makanan yang ditawarkan dalam kehidupan sehari-hari. Bandingkan misalnya menu rendang daging ala nasi kapau. Atau sop konro Makassar. Pasti sangat lezat meski orang tahu, makanan tersebut mengandung kadar kolesterol yang tinggi. Padahal kolesterol adalah sumber penyebab berbagai macam penyakit yang diderita manusia modern. 
Stephen De Felice pada 1989 memperkenalkan konsep nutrasetikal. Menurut Ketua Foundation for Innovation in Medicine tersebut, nutrasetikal diartikan sebagai bahan pangan atau bagian dari pangan yang memberikan manfaat medis. Bahan tersebut juga termasuk dapat mencegah atau mengobati penyakit. Intinya merupakan kombinasi dari fungsi nutrisi dan pharmaceutical. 
Jenis makanan seperti itu pula yang saat ini mulai diperkenalkan para pakar kesehatan sebagai cara pengobatan komplementer. Disebut komplementer dan bukan alternatif, karena prinsip utama pengobatan dengan cara kedokteran modern tetap berlangsung. Sedangkan penyembuhan alternatif dianggap sebagai meniadakan cara lain selain pengobatan alternatif itu sendiri. 
Ahli bedah kanker Dr Paulus W Halim termasuk pakar kesehatan yang menolak penggunaan istilah pengobatan alternatif. Menurut dia alternatif seperti meniadakan cara pengobatan lain. Karena itu lebih tepat dipakai istilah pengobatan komplementer atau pelengkap. Ia menyatakan makanan nutrasetikal merupakan cara komplementer. 
Dalam paparannya saat tampil sebagai pembicara dalam acara seminar herbal sebagai terapi komplementer di Jakarta baru-baru ini, Dr Paulus mengingatkan tentang keterbatasan daya tahan tubuh manusia yang kian menurun seiring dengan bertambahnya manusia. Seminar yang diselenggarakan Tabloid Gaya Hidup Sehat tersebut juga menghadirkan pembicara lain antara Ketua Dewan Pembina Medik RS Siloam Dr Henk Kartadinata SpB serta peneliti bidang kesehatan dari Jepang Dr Kanji Sakamoto MD PhD. 
Dr Paulus mengatakan dalam tubuh manusia terdapat sel-sel yang karena penurunan daya tahan tubuh manusia karena faktor bertambahnya usia, bisa berubah menjadi ganas. Salah satu cara perang melawan kanker adalah jangan memberi kanker makanan yang disukai. Penurunan daya tahan tubuh tersebut telah berakibat pertumbuhan sel menjadi sulit dikendalikan, demikian menurut Dr Paulus. Hal yang juga harus diperhatikan dalam penanganan kanker adalah masalah bioekosistem. Konsep bioekosistem diyakini sebagai sebuah penangangan terintegrasi yang meliputi body, mind dan spirit. Lingkungan hidup kanker pun juga meliputi kesatuan terintegrasi tersebut. 
Pada praktiknya banyak terapi komplementer yang ditawarkan bagi penderita kanker, katanya. Tawaran tersebut termasuk pemberian obat-obatan herbal. Dalam kaitan tersebut, kata dia, di dalam penatalaksanaan kanker juga menyangkut pemberian nutrisi. Pasalnya para penderita kanker sesungguhnya mengalami gangguan nutrisi (pencernaan). Sedangkan dari sisi psikis perlu pula mendapat perhatian. Pengidap penyakit kanker umumnya seperti ingin mati segera dan merasa pula tak ada dukungan dari lingkungan. 
Kelompok Nutrasetikal
Nah dalam konteks tersebutlah nutrasetikal berperan penting bagi para penderita kanker. Kelompok nutrasetikal mencakup tiga hal. Dr Paulus memaparkan ketiganya adalah herbal yang bisa bersifat nutrisi (fitonutrient) serta obat (berupa simplisia atau bahan alami yang telah dikeringkan). Selanjutnya termasuk dalam kelompok tersebut adalah suplemen (vitamin dan mineral). Terakhir adalah minuman yang bersifat nutrasetikal itu sendiri seperti air jahe, kunyit asam, beras kencur, air kacang hijau, susu kedelai, agar-agar serta gula aren. 
Karena kedudukan kelompok nutrasetikal penting bagi para penderita kanker, maka sebaliknya ada pula beberapa kelompok makanan terlarang dalam perang melawan kanker. Seperti terungkap di atas, perang melawan kanker harus diawali dengan cara tidak memberikan makanan yang disukai oleh kanker. 
Menurut Dr Paulus sel kanker amat senang dengan lingkungan yang bersifat asam. Dia mencontohkan daging yang juga bersifat asam. Di dalam sekerat daging disamping bersifat asam juga mengandung residu, antibiotik, hormon pertumbuhan dan parasit. Oleh sebab itu kepada para penderita kanker, Dr Paulus menyarankan agar kembali melaksanakan ke diet vegetarian. 
Hal lain yang perlu dihindari oleh para penderita kanker, kata Paulus adalah susu sapi segar dan olahannya. Di dalam penjelasannya, Dr Paulus mengungkapkan susu sapi menstimulus tubuh manusia untuk memproduksi mucous terutama di saluran gastrointestinal. Mucous adalah sejenis lendir yang diproduksi tubuh dalam usus atau lambung. Menurut Dr Paulus sel kanker mendapatkan sumber makanan dari mucous tersebut. Itulah sebabnya pengidap kanker disarankan agar menghindari susu sapi segar dan olahannya. Sebagai pengganti dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai tanpa pemanis buatan. Gula dan pemanis buatan (aspartame) termasuk kelompok makanan yang juga mesti dijauhkan dari penderita kanker. 
Haram pula konsumi makanan dengan kadar lemak tinggi. Catatan Dr Paulus terhadap jenis makanan tersebut adalah karena asam empedu bila terikat dengan tinja sangat bersifat toksin sehingga dapat memicu sel kanker. Bahkan orang yang tak menderita kanker pun tetap dianjurkan agar tetap memelihara kadar keasaman atau Ph asam dalam kondisi normal antara 7,35 hingga 7,45. 
Pertanyaannya yang muncul barangkali adalah nutrisi apa yang paling pas bagi penderita kanker. Nutrisi paling baik memang yang fito enzim-nya belum mengalami kerusakan. Karenanya makanan yang dimasak atau dipanaskan dengan suhu tinggi memang perlu dihindari. Artinya paling baik adalah makanan mentah yang disimpan antara 2-3 hari atau setengah matang. Fito enzim akan rusak pada suhi 40 derajat celcius. 
Bagi penderita kanker jenis nutrasetikal atau makanan herbal misalnya adalah 80 persen berupa sayur-sayuran segar dan jus. Lalu biji-bijian, sereal dan buah-buahan. Jus sayuran segar mengandung fito enzim yang mudah diserap dan masuk ke dalam sel dalam waktu 15 menit. Sebanyak 20 persen sisanya makanan yang dimasak, termasuk kacang-kacangan, kata Dr Paulus. 
Kaya Herbal
Lebih jauh Dr Paulus mengatakan untuk mendapatkan nutrasetikal atau herbal, masyarkaat Indonesia tak akan mengalami kesulitan. Sebab Indonesia adalah negara kedua di dunia setelah Brazil dengan kekayaan hayati yang melimpah ruah. 
Menurutnya dari 40.000 jenis flora di dunia, 30 ribu di antaranya tumbuh subur di Indonesia. Lalu 26 persen dari jumlah tersebut di antaranya telah dibudidayakan di Indonesia. Di samping itu masih banyak nutrasetikal atau bahan nutrisi herbal yang masih tumbuh liar di belantara Indonesia. Jumlahnya mencapai 74 persen. Tidak hanya itu 940 jenis tanaman berkhasiat dalam pengobatan telah dibudidayakan. 
Keanekaragaman hayati tersebut dinilai Dr Paulus bisa menjadi sumber simplisia yaitu bahan alami yag telah dikeringkan dan belum mengalami pengolahan apapun dan digunakan sebagai obat karena mempunyai khasiat penyembuhan. Jenis simplisia tersebut dapat berasal dari nabati atau simplisia yang memanfaatkan tanaman utuh atau bagian tertentu dari tanaman seperti akar (radix), rimpang (rhizome), umbi ( bulbus), daun (folium), bunga (fios), biji (semen), buah (fruktus), kulit buah (perikarpium), batang (lignum), kulit batang (korteks) atau eksudat tanaman (getah/lendir). 
Simplisia tersebut bisa berasal dari hewani yang berupa bagian utuh hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Dan yang terakhir adalah simplisia berupa mineral (pelican) berupa bahan mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum mengalami kontaminasi zat kimia. 
Dr Paulus menyebut beberapa tanaman obat di Indonesia yang bisa digunakan untuk mengatasi kanker. Di antara tanaman tersebut di antaranya benalu the, benalu kapuk randu, buah merah, buah makassar dan juga benalu kopi. Sedangkan dari kelompok daun-daunan terdapat daun dewa, daun ceremai, keladi tikus, kunyit putih dan juga kunir putih. Meski berbagai tanaman tersebut bermanfaat sebagai herbal, Dr Paulus tetap mengingatkan agar pemakaiannya tetap harus alami. Disamping itu bahan tersebut juga harus mempertahankan sifat genetik atau bukan hasil rekayasa genetik. Khasiat tersebut akan hilang jika telah mengalami irradiasi bahan genetika yang telah diubah dengan cara-cara tidak alami dari sifat tanaman tersebut. Kalau dibudidayakan harus menggunakan prinsip-prinsip pertanian organik seutuhnya yang bebas logam berat, bebas pestisida serta bebas herbasida, tuturnya. 
Dr Paulus menyayangkan karena akhir-akhir ini beredar tawaran produk herbal secara tidak bertanggung jawab. Sebab ada pula herbal yang sebenarnya 45 persen prosesnya sudah bersifat kimiawi tetapi dikampanyekan sebagai herbal alami. 
Salah satu negara yang aktif mengembangkan herbal alami adalah Jepang. Negara matahari tersebut tersebut misalnya mulai mengkampanyekan hidup sehat dengan jamur reishi. Peneliti bidang kesehatan dari Jepang Dr Kanji Sakamoto MD PhD mengatakan reishi merupakan bahan alami yang bisa digunakan untuk mengobati dan mencegah. Jamur reishi terutama yang berwarna merah sudah ratusan digunakan oleh anggota kekaisaran Tiongkok. 
Ilmuwan Jepang juga telah meneliti aktivitas anti tumor Jamur reishi. Jamur tersebut salah satunya sebagai anti tumor yang cara kerjanya adalah dengan meningkatkan sistem kekebalam dalam tubuh. Selama penelitian ditemukan tikus yang mengkonsumsi reishi tekanan darahnya turun. Karena itu jamur tersebut juga diyakini berguna dalam mengelola tekanan darah. (Mangku)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih atas infonya....

Dairi Pers Support Team mengatakan...

Semoga bermanfaat